
HIV/AIDS dan Perkembangan Terapi untuk ODHA
Pada awal dilaporkannya kasus AIDS pada tahun 1981 sampai tahun 2020, 79.3 juta jiwa di dunia terinfeksi virus HIV dan 680.000 jiwa di dunia meninggal akibat komplikasi dari HIV/AIDS. Virus HIV yang menyerang imunitas tubuh terlihat semakin berbahaya, karena belum adanya obat yang dapat menghilangkan 100% virus ini dari tubuh ODHA. Obat yang beredar saat ini bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan virus HIV di dalam tubuh ODHA, yang menurunkan resiko HIV menjadi AIDS. Sehingga dengan konsumsi yang sesuai dosis atau anjuran dokter dan dalam rentang waktu yang teratur, dapat meningkatkan kualitas hidup dari ODHA.
Pengesahan antiretroviral untuk digunakan oleh penderita HIV/AIDS pada tahun 1987 di Amerika menjadi titik terang bagi dunia dalam menghadapi virus HIV. Tujuan dari penggunaan ARV untuk memperlambat dan melindungi ODHA dari berbagai penyakit yang dapat menyebabkan infeksi serius dan menularkan virus tersebut kepada orang lain.
Pengobatan pada HIV saat ini menggunakan jenis terapi kombinasi yang terdiri dari 3 atau lebih jenis obat ARV, yang biasa disebut dengan highly active antiretroviral therapy (HAART). Kombinasi dari tiap jenis obat tersebut dapat menyerang virus HIV dengan cara yang berbeda, dan saling mendukung obat lain yang diberikan, walaupun belum dapat untuk membunuh virus HIV tersebut.
Berikut daftar beberapa terapi HIV/AIDS, antiretroviral yang digunakan saat ini dan cara kerjanya:
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor atau biasa disebut dengan golongan obat NRTI memiliki fungsi dalam menghalangi transkripsi RNA virus HIV untuk masuk dalam DNA individu. Virus HIV membutuhkan transkripsi RNA ke DNA individu untuk dapat mereplikasi diri dalam tubuh inangnya, sehingga dengan menggunakan jenis obat Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor ini, tahap replikasi tersebut akan terhambat.
Beberapa obat golongan Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor adalah 3TC (lamivudin), Abacavir (ABC), AZT (ZDV, zidovudin), d4T (stavudin), ddI (didanosin), Emtrisitabin (FTC) dan Tenofovir (TDF; analog nukleotida).
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NNRTI memiliki peran yang sama dengan NRTI yakni untuk menghambat langkah replikasi virus HIV pada tubuh inangnya, namun memiliki tahap yang berbeda dari Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor, yakni dengan menghilangkan protein dalam virus yang berfungsi dalam mereplikasi diri dalam tubuh inangnya.
Beberapa obat golongan Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor adalah Delavirdin (DLV), Efavirenz (EFV, Etravirin (ETV), Nevirapin (NVP), Rilpivirin (RPV).
Protease Inhibitors
Protease Inhibitors atau biasa disingkat PIs merupakan obat yang menghambat aksi dari protein HIV-1 dalam menumbuhkan virus, taraf infeksi dan replikasi. Obat tersebut bekerja dengan menjadi penghambat aksi dengan mengikat pada enzim protease (digunakan dalam memecah protein menjadi fragmen yang lebih kecil) dari virus HIV sehingga menghambat virus tersebut untuk menginfeksi, tumbuh dan mereplikasi diri.
Beberapa jenis obat protease inhibitors (PIs) adalah Atazanavir (ATV), Darunavir (DRV), Fosamprenavir (FPV), Indinavir (IDV), Lopinavir (LPV), Nelfinavir (NFV), Ritonavir (RTV), Saquinavir (SQV), Tipranavir (TPV).
Entry Inhibitor
Entry Inhibitor merupakan jenis obat yang menghambat virus dalam memasuki sel inangnya, yakni tahap kedua dalam siklus hidup virus HIV. Obat ini dibagi dalam tiga kategori, yakni fusion inhibitors, post-attachment inhibitors, chemokine coreceptor antagonists (CCR5 antagonist).
Beberapa jenis obat yang masuk dalam kategori entry inhibitors adalah Enfuvirtide (Fuzeon), Ibalizumab-uiyk (Trogarzo), Maraviroc (Selzentry).
Cytochrome P4503A (CYP3A) Inhibitors
Cytochrome P4503A (CYP3A) Inhibitors merupakan obat yang berfungsi sebagai doping untuk kerja obat lain, sehingga efektifitas obat menjadi lebih tinggi. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan fungsi hati dalam memproduksi enzim CYP3A untuk memecah zat kimia yang masuk
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah Cobicistat (Tybost) dan Ritonavir (Norvir). Kedua obat tersebut digunakan bersamaan sehingga tidak perlu memberikan dosis yang tinggi kepada pasien.
Integrase Inhibitors (INIs)
Integrase inhibitors merupakan pengobatan antiretroviral yang didesain untuk menghalangi proses dari integrasi, yang merupakan enzim berfungsi sebagai penetrasi dari viral genome kepada DNA dari sel inang. Tahapan ini berada pada tahapan kelima dari siklus hidup virus HIV. Obat ini cukup ampuh karena tahap integrasi merupakan tahapan penting dari replikasi retrovirus sehingga menghalangi fungsi tersebut akan menghalangi virus menyebar lebih jauh.
Beberapa golongan obat ini yang tersebar di pasaran adalah Raltegravir (Isentress), Dolutegravir (Tivicay), Elvitegravir (tersedia dengan resep bersama obat lain, tidak bisa bekerja sendiri), Bictegravir (tersedia dengan resep bersama obat lain, tidak bisa bekerja sendiri). Refani Putri Shintya Fatoni
Selanjutnya, simak pembahasan kami terkait efek highly active antiretroviral therapy (HAART) disini dan pembahasan terkait pencegahan dan penanganan HIV/AIDS di instagram AHF @ahf_indonesia
Sumber:
Ketut Suryana, The Impact of Universal Test and Treat Program on Highly Active Anti Retroviral Therapy Outcomes (Coverage, Adherence and Lost to Follow Up) at Wangaya Hospital in Denpasar, Bali-Indonesia: A Retrospective Cohort Study. Retrieved from: https://openaidsjournal.com/