
Apa Itu Pasangan Serodiskordan?
Serostatus atau Serodiskordan berasal dari kata sero yang artinya serum pada darah, pasangan serodiskordan mengacu pada sebutan untuk pasangan yang berbeda status darahnya, yakni dimana satu individu memiliki HIV atau ODHA dan yang lainnya tidak memiliki HIV. Mengetahui status HIV pasangan menjadi sangat penting, sama seperti mengetahui status penyakit menular seksual dan riwayat penyakit lain pada pasangan. Hal ini dilakukan tentunya untuk menjadi langkah preventif pada diri sendiri menghindari penyebaran penyakit menular seksual.
Mungkin sampai saat ini mengetahui status HIV dan status PIMS lain pasangan kita sedikit terasa aneh, bahkan mungkin kita sendiri belum mengetahui status HIV/PIM, dan tentunya ini menjadi kesulitan tersendiri, karena membicarakan status HIV/PIMS biasanya bukan menjadi hal yang pertama dilakukan saat pasangan mulai mengenal.
Keamanan Pasangan Menjadi Hal Yang Penting
Keamanan bersama merupakan hal yang penting bagi semua pasangan, tidak terkecuali pasangan serostatus berbeda. Pasangan yang terinfeksi sudah seharusnya mengutamakan keamanan agar tidak menulari HIV pada pasangannya. Hubungan yang aman dapat dimulai dari saling jujur terkait status kesehatan masing-masing.
Mengutamakan keamanan dan kenyamanan kedua belah pihak menjadi penting untuk keberlangsungan hubungan dan kesehatan masing-masing, salah satunya dengan:
Mengurangi Resiko dalam Berhubungan
Kabar baik tentang pencegahan HIV adalah adanya obat yang dapat mengurangi resiko penularan. Mengurangi resiko penularan HIV dapat melalui terapi antiretroviral atau ART. Terapi ART terbukti dapat mengendalikan infeksi dengan sangat baik. Namun, sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan secara seratus persen infeksi HIV. Kabar baiknya adalah terapi ART dapat menurunkan resiko dan membantu ODHA menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
Terapi ART ini berfungsi dengan mengendalikan keganasan virus HIV dalam menginfeksi, dan mengontrol jumlah virus. Kadar virus dalam darah bisa diukur dengan viral load. Jika viral load tetap tidak terdeteksi, resiko menularkan HIV pada pasangan akan menurun. Namun bukan berarti hilang, hanya tidak terdeteksi oleh alat ukurnya.
Beberapa Cara Dalam Meminimalisir Resiko Penularan Pada Serokordian
- ODHA harus menjalankan terapi dengan disiplin, hal ini dibutuhkan untuk menurunkan resiko penularan pada pasangan, dan meningkatkan kualitas hidup.Hasil viral load yang tidak terdeteksi bukan berarti virus sudah tidak ada, namun virus tidak dalam jumlah yang cukup untuk terdeteksi. Virus HIV masih bisa berada dalam cairan kelamin seperti air mani, dan cairan vagina.
- Biasakan untuk melakukan tes HIV secara rutin minimal satu bulan sekali jika anda berhubungan dengan pasangan ODHA, karena hasil tes yang didapatkan saat itu bukan menjadi patokan bahwa virus tidak ada dalam darah, bisa saja karena berada dalam tahap yang belum menginvasi.
- Rutin melakukan tes viral load. untuk mengetahui jumlah virus dalam darah. Viral load dapat berubah dengan cepat, terutama saat kondisi badan sedang sakit, sehingga memeriksakan diri dengan teratur akan lebih baik untuk antisipasi.
- Menggunakan kondom dengan benar, dan melakukan edukasi diri. Resiko untuk terjangkit HIV masih bisa didapatkan meski pasangan sudah memiliki viral load yang rendah, dan disiplin mengkonsumsi ARV. Penggunaan kondom yang benar setiap kali berhubungan seks akan menurunkan resiko menjadi jauh lebih kecil. Kondom juga efektif untuk upaya pencegahan dari penyakit menular seksual lain,
- Konsumsi PrEP, konsumsi PrEP akan menurunkan resiko individu negatif terhadap penularan HIV. PrEP terbukti efektif dalam menurunkan resiko tersebut.
Bagaimana Dengan Cara Memperoleh Keturunan
Upaya memperoleh keturunan dapat dilakukan setelah mengkonsultasikan lebih jauh resiko dan upaya pencegahan agar pasangan tidak terinfeksi virus HIV, dan juga kemungkinan anak akan terinfeksi HIV. Upaya ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi PrEP pada ibu untuk mencegah penularan ke diri sendiri, dan konsultasikan lebih jauh dengan dokter ahli untuk pertimbangan terapi ART sebagai upaya pencegahan infeksi HIV pada anak. (Refani Putri Shintya Fatoni)