Apasih itu Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART)?

Human Immunodeficiency virus atau biasa disebut HIV merupakan jenis virus retroviral yang sampai saat ini masih menjadi endemic di beberapa wilayah di dunia. Virus HIV sampai saat ini belum memiliki obat yang dapat 100% menyembuhkannya, sehingga pengidap HIV/AIDS saat ini bergantung kepada terapi ART yang diberikan sebagai penunjang agar kondisi mereka tidak memburuk ke fase AIDS atau menularkan virus tersebut kepada orang lain, sehingga dapat hidup lebih lama dan lebih sehat.

Saat ini pengobatan HIV/AIDS yang direkomendasikan adalah menggunakan jenis obat antiretroviral yang sudah bisa didapatkan dengan resep dari dokter di Fasilitas Layanan Kesehatan di Indonesia. Antiretroviral harus diminum secara teratur dan selama waktu hidupnya, demi menekan viral load dalam darah dan menghindari resiko virus HIV menjadi resisten terhadap obat tersebut.

Beberapa jenis antiretroviral telah dibahas dalam artikel kami yang berjudul “Apa Sih ARV? Yuk Kenali Jenis dan Efek Sampingnya!” yang dapat kamu temukan di website kami.

Akhirnya pada tahun 1996 terapi kombinasi yang sekarang dikenal sebagai Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) atau terapi antiretroviral sangat tinggi, diperkenalkan sebagai terapi untuk HIV. Terapi ini tidak seperti terapi HIV sebelumnya yang menggunakan satu jenis obat saja untuk menekan laju pertumbuhan virus (mono-therapy), namun menggunakan minimal tiga jenis obat ARV yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikis dari masing-masing individu.

Sebelum mendapatkan terapi HAART, dokter perlu mengetahui dan menjalankan beberapa tes untuk menentukan jenis obat apa yang sesuai dengan pasien. Berapa tes tersebut adalah kadar viral load dalam darah, jenis virus HIV yang ada dalam tubuhmu, banyaknya sel CD4+ dalam darah, dan gejala apa yang kamu tunjukan. Hasil dari tes tersebut sangat menentukan jenis terapi dan pengobatan tambahan yang akan diberikan. 

Standar treatmen yang diberikan adalah kombinasi dari dua obat nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NTIs) seperti tenofovir atau emtricitabine, dan satu non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNTIs) atau integrase atau protease strand transfer inhibitor. Alternatif lain diluar rekomendasi obat tersebut akan diberikan sesuai dengan diagnose terkini oasien dan interaksi tubuh pasien terhadap obat sebelumnnya.

Tujuan utama dari pemberian terapi HAART adalah mengurangi taraf infeksi virus, meningkatkan kualitas hidup ODHA, mengurangi kadar viral load dalam darah sehingga resiko transmisi virus ke orang lain dapat dikurangi, mencegah resistensi terhadap obat, dan meningkatkan taraf imunitas.

Penggunaan HAART telah terbukti mengurangi resiko penularan, hal ini terlihat pada pengurangan resiko penularan pada pasangan heteroseksual dan pada kasus ibu hamil. Resiko penularan dari Ibu dan bayi menggunakan terapi HAART bisa semakin ditekan menjadi kurang dari 1% bila Ibu telah memulai treatmen dan aktif mengkonsumsinya sebelum kehamilan.

Sehingga saat ini terapi kombinasi merupakan terapi yang dinilai paling efektif dalam meningkatkan imunitas, menekan jumlah virus sehingga memilki kesempatan hidup yang lebih panjang. Namun, jika obat diminum dalam jangka waktu yang panjang, tentu saja obat tersebut dapat menimbulkan efek samping. Efek samping terapi HAART bisa dirasakan beberapa hari setelah mengkonsumsi obat maupun efek samping bertahun-tahun setelahnya.

Beberapa efek samping ringan yang dirasakan ini seperti mudah pusing, mual, muntah, diare, sulit tidur, mudah lelah, dan muncul bercak kemerahan pada kulit. Namun efek samping ini dapat berbeda-beda gejala dan waktunya pada setiap individu, sehingga anda perlu selalu berkonsultasi kepada dokter jika merasakan keluhan apapun.

Mari kita bahas lebih lanjut mengenai efek samping terapi HIV/AIDS dan bagaimana cara meningkatkan taraf hidup ODHA di artikel selanjutnya! (Refani Putri Shintya Fatoni)

Sumber:

Angga Wilandika, Penggunaan Highly Active Antiretroviral Therapy (Haart) Terhadap Health

Related Quality of Life (HRQOL) pada Orang dengan HIV/AIDS, 2018. Retrieved from: https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/download/14093/pdf

What Is HAART? HIV/AIDS Research Report. Retrieved from: https://www.drugabuse.gov/publications/research-reports/hivaids/what-haart

How HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) Works: The Triple Therapy That Turned the HIV Epidemic Around. Retrieved from: https://www.verywellhealth.com/haart-highly-active-antiretroviral-therapy-48967

Julie S. Eggleton, dan Shivaraj Nagalli. Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART). Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554533/A. Kwara, T. P. Flanigan, dan E. J. Carter. Highly active antiretroviral therapy (HAART) in adults with tuberculosis: current status. Retrieved from: https://www.who.int/hiv/HAART_with_TB.pdf

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *