Bagaimana Situasi HIV/AIDS di Indonesia Saat Ini?

Epidemi HIV/AIDS di Seluruh Dunia

WHO memperkirakan bahwa ada sekitar 37.7 juta jiwa di dunia mengidap HIV/AIDS, data ni dihimpun hingga akhir 2020. Dari data tersebut, 36 juta diantaranya adalah usia 15 tahun ke atas, dan 1,7 juta diantaranya berusia 0 hingga 14 tahun. Komposisi gender diantaranya lebih besar perempuan dibandingkan laki-laki, perempuan memiliki persentase 53% dari populasi HIV/AIDS dunia.  

Dari data tersebut, infeksi baru HIV terjadi diperkirakan sebesar 1.5 juta individu di dunia terkena HIV pada 2020, berarti kenaikan sebesar 31% sejak 2010. 1,3 juta individu yang dites berusia diatas 15 tahun, dan 160.000 adalah anak berusia 0 hingga 14 tahun. Dari data jumlah total individu tersebut, 28.2 juta diantaranya (75%) sudah dapat mengakses antiretroviral therapy (ART).  

Hingga Juni 2020 dari data tersebut, 84% orang menetahui status HIVnya setelah menjalani tes HIV.16 persen sisanya masih harus menjalani tes HIV, tes ini bertujuan untuk mengetahui, dan mendapatkan upaya baik upaya preventif maupun pengobatan dan support lainnya. 

Namun, Bagaimana dengan Indonesia?

Asia Tenggara menjadi daerah ketiga tertinggi di dunia dalam jumlah kasus HIV/AIDS, angka kasusnya mencapai 3.8 juta jiwa, lebih banyak dibandingkan Amerika Utara sebanyak 3.5 juta jiwa. Indonesia, sejak pertama kali ditemukan kasusnya pada 5 April 1987 kasus AIDS pertama di Indonesia dilaporkan terjadi kepada turis asing asal Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah, Denpasar. Indonesia menjadi negara ke 13 yang melaporkan adanya kasus AIDS.  

Perkembangan kasus HIV di Indonesia cenderung selalu meningkat, walaupun dalam skala terlihat fluktuatif atau naik-turun. Kementerian Kesehatan Indonesia hingga tahun 2019 menemukan jumlah kasus HIV sebanyak 50.782, Maret 2021 sebanyak 543.100 orang. Lima provinsi dengan jumlah penemuan ODHA tertinggi adalah DKI Jakarta (71.473), diikuti Jawa Timur (65.274), Jawa Barat (46.996), Jawa Tengah (39.978), dan Papua (39.419). 

Dari data tersebut, 5 provinsi terbesar dengan ODHA adalah provinsi-provinsi di pulau Jawa. Selain karena konsentrasi jumlah populasi yang ada di pulau jawa, namun juga hal ini bukti bahwa HIV sudah  bukan saja menyasar pada kelompok beresiko tinggi, namun juga virus HIV sudah menyasar pada kelompok-kelompok lain, seperti ibu rumah tangga dan anak. Jumlah ibu rumah tangga menjadi populasi tertinggi ketiga dengan jumlah kasus 18.484, kasus pada ibu rumah tangga menjadi perhatian khusus karena jika populasi ibu rumah tangga semakin tinggi maka resiko HIV menular pada anak juga semakin besar. Sedangkan jumlah kasus pada anak saat ini sudah sebanyak 6% dari total kasus di Indonesia. Data kasus tersebut didapatkan berdasarkan skala umur, dalam skala umur tersebut konsentrasi kasus berada pada rentan umur 25-49 tahun.

Jika ditilik berdasarkan jenis kelamin, maka konsentrasi jumlah kasus HIV ada pada laki-laki sebanyak 62%, dan perempuan sebanyak 38% yang didata hingga Maret 2021. Jumlah kasus ini berarti resiko kasus bukan hanya berpusat pada LSL, penasun dan transgender saja, namun juga resiko yang besar pada lelaki heteroseksual. Hal ini dibuktikan melalui data dari transmisi virus HIV yang paling besar terjadi pada heteroseksual sebanyak 30%, disusul dengan homoseksual sebanyak 17,5% dan kelompok penasun atau pengguna jarum suntik sebanyak 4,1%. 

Dalam penemuan kasus AIDS angka tersebut mencapai 131.147 orang mengidap AIDS di Indonesia. Kelompok usia ini didominasi oleh umur 20-29 tahun (31,9%), 30-39 tahun (31,3), 40-49 tahun (14,2%), dan 50-59 tahun (5,5%). Dengan dominas AIDS pada laki-laki sebanyak 59%, dan perempuan sebanyak 33%. Lagi-lagi jumlah kasus AIDS pada Ibu Rumah Tangga menempati posisi ketiga tertinggi, dengan kasus sebanyak 18.848 orang ibu rumah tangga mengidap AIDS. Lima provinsi dengan jumlah AIDS terbanyak adalah Papua (24.483), Jawa Timur (21.445), Jawa Tengah (13.418), DKI Jakarta (10.799), dan Bali (9.125). 

Meskipun angka kasus HIV yang meningkat, berita baik ada pada penurunan kasus kematian akibat AIDS, kematian akibat AIDS menurun sejak 2020 kemarin, angka kematian (CFR) AIDS turun dari tahun 2020 (0,59%) menjadi 0,27% pada periode Januari-Maret 2021. 

Untuk mencegah angka kasus terus meningkat, maka diperlukan langkah strategis untuk menurunkan kenaikan angka ODHA. Rendahnya pengetahuan masyarakat terkait HIV menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk menurunkan kasus HIV/AIDS, hal ini untuk menurunkan stigma dan diskriminasi serta mitos-mitos yang beredar di masyarakat sehingga penanganan HIV/AIDS dapat lebih komprehensif dan efektif. (Refani Putri Shintya Fatoni)

Sumber:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P). Laporan Perkembangan HIV/AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual. 2021. Retrieved from: https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download/file/Laporan_TW_I_2021_FINAL1.pdf

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *