Jenis-Jenis HIV Testing, Bagaimana dan Dimana Bisa Diakses?

WHO memperkirakan bahwa ada sekitar 37.7 juta jiwa di dunia mengidap HIV/AIDS, data ni dihimpun hingga akhir 2020. Dari data tersebut, 36 juta diantaranya adalah usia 15 tahun ke atas, dan 1,7 juta diantaranya berusia 0 hingga 14 tahun. Komposisi gender diantaranya lebih besar perempuan dibandingkan laki-laki, perempuan memiliki persentase 53% dari populasi HIV/AIDS dunia. 

Dari data tersebut, infeksi baru HIV terjadi diperkirakan sebesar 1.5 juta individu di dunia terkena HIV pada 2020, berarti kenaikan sebesar 31% sejak 2010. 1,3 juta individu yang dites berusia diatas 15 tahun, dan 160.000 adalah anak berusia 0 hingga 14 tahun. Dari data jumlah total individu tersebut, 28.2 juta diantaranya (75%) sudah dapat mengakses antiretroviral therapy (ART). 

Hingga Juni 2020 dari data tersebut, 84% orang menetahui status HIVnya setelah menjalani tes HIV.

16 persen sisanya masih harus menjalani tes HIV, tes ini bertujuan untuk mengetahui, dan mendapatkan upaya baik upaya preventif maupun pengobatan dan support lainnya. 

Bagaimana sih caranya kita tahu kita mengidap HIV atau tidak?

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kita terjangkit HIV tidak adalah dengan menjalani tes HIV. Saat ini jenis-jenis tes HIV sudah sangat beragam. Tes tersebut menggunakan sampel darah untuk diuji kadar virusnya, apakah kita terinfeksi virusnya atau tidak. 

Dalam banyak kasus, diagnosis HIV dapat biasanya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan beberapa pemeriksaan dari dokter, sehingga dokter akan merujuk kita untuk melakukan tes HIV. Masyarakat berumur 13-64 tahun disarankan untuk mengikuti tes HIV setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Seperti apa sih tes HIV dan apa saja jenisnya, mari kita simak beberapa jenis tes HIV tersebut:

Tes Antibodi

Tes Antibodi adalah tes terhadap protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respon terhadap kehadiran zat asing, seperti virus. Sehingga tujuan menggunakan tes ini bukan untuk mencari penyakit atau virus HIV, tetapi menemukan protein untuk menangkal penyakit (antibodi). Protein ini dapat ditemukan di dalam darah, urin, atau air liur.

Kira-kira, dibutuhkan waktu sekitar 3-12 minggu bagi tubuh untuk menghasilkan antibodi HIV yang cukup hingga antibodi bisa dibaca dalam tes. Beberapa dokter kemungkinan juga dapat menganjurkan pemeriksaan HIV lewat tes urin atau membran mulut (bukan air liur). Namun, cairan-cairan tersebut biasanya tidak begitu banyak mengandung antibodi. Jadi, tes HIV lewat cairan urin atau mulut kemungkinan dapat menampakkan hasil tes HIV negatif palsu (false negatif) atau positif palsu (false positive).

Tes Antibodi-Antigen

Tes Antibodi-Antigen HIV atau Ab-Ag adalah pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2. Pemeriksaan HIV ini juga bertujuan untuk menemukan protein p24 yang merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus).

Pemeriksaan Ab-Ag penting karena biasanya butuh waktu beberapa minggu sampai antibodi terbentuk setelah infeksi awal meski virus (dan protein p24) sudah ada dalam darah. Dengan demikian, pemeriksaan Ab-Ag memungkinkan untuk menjadi deteksi dini infeksi HIV.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa diagnosis HIV dapat ditegakkan rata-rata satu minggu lebih cepat lewat pemeriksaan Ab-Ag dibandingkan dengan pemeriksaan antibodi saja. Cara kera tes ini menggunakan proses reaksi yang dikenal sebagai chemiluminescence. Reaksi chemilumenescene adalah proses yang berguna untuk mendeteksi antibodi dan p24 protein antigen.

Dengan kata lain, jika ada antibodi atau antigen di dalam tubuh, hasil dari proses ini akan memancarkan cahaya pada detektor. Hanya ada satu tes antibodi-antigen yang disetujui saat ini, yaitu tes Arsitek HIV Ag/Ab Combo. Jika hasil tes ini positif, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu tes Western blot.

Tes Serologi

Ada tiga jenis tes serologi yang umum direkomendasikan sebagai pemeriksaan HIV dan AIDS, yaitu:

Tes darah cepat

Tes darah HIV/AIDS cepat dengan reagen (bahan kimia aktif) sudah dievaluasi dan direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi antibodi HIV-1 maupun HIV-2. Tes darah HIV ini dapat dijalankan meskipun hanya menggunakan jumlah sampel yang sedikit. Selain itu, tes darah cepat sebagai pemeriksaan HIV hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengetahui hasilnya. 

Tes ELISA

Pemeriksaan HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme immunoassay). Untuk melakukan tes ELISA, sampel darah akan diambil dari permukaan kulit Anda kemudian dimasukkan ke dalam tabung khusus.

Sampel darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di laboratorium, sampel darah dimasukkan ke cawan petri yang berisi antigen HIV. Antigen adalah zat asing, seperti virus, yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh merespons dengan cara memproduksi antibodi. Jika darah Anda mengandung antibodi terhadap HIV, darah akan mengikat antigen. Hasil dari tes darah HIV dengan ELISA bisa didapatkan dalam waktu 1-3 hari. Jika tes ELISA menunjukkan hasil positif, dokter akan menyarankan tes lanjutan yang lebih spesifik, misalnya dengan tes Western bolt untuk memastikan diagnosis HIV.

Tes lanjutan atau pemeriksaan HIV penunjang dianjurkan karena masih ada kemungkinan kecil antibodi salah menempel pada protein non-HIV selama tes pertama. Itu sebabnya, diperlukan tes kedua untuk memastikannya.

Tes Western blot

Tes Western blot hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining awal yang menunjukkan hasil positif HIV. Biasanya, tes ini disarankan jika tes ELISA menunjukkan hasil positif HIV. Terkadang, tes ELISA dapat menunjukkan hasil positif (false positive). Pemeriksaan ini juga diperlukan jika Anda memiliki hasil positif HIV dari tes sebelumnya, tetapi diketahui memiliki kondisi lain.

Kondisi lain tersebut meliputi penyakit Lyme, lupus, atau sifilis yang mungkin dapat memengaruhi hasil pemeriksaan HIV. Nah, agar hasil akurat dan lebih pasti, tes yang sudah Anda lakukan sebelumnya perlu konfirmasi ulang melalui tes Western blot. Tes Western blot hanya membutuhkan 1 hari untuk pengujian. Namun, perlu diingat, ini adalah tes atau pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan ini tidak membantu bila dilakukan sendiri alias tanpa tes lainnya.

Tes Virologis dengan PCR 

Tes virologis adalah salah satu jenis pemeriksaan HIV dan AIDS yang dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Tes virologis penting bagi ibu hamil yang positif memiliki HIV. Bayi yang baru lahir dari ibu positif HIV juga wajib melakukan pemeriksaan ini minimal saat ia berusia 6 minggu. Selain bayi, tes ini juga direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur kurang dari 18 bulan apabila dicurigai mengalami HIV.

Tes ini mungkin juga membantu dalam mendeteksi infeksi HIV dalam 4 minggu pertama setelah terpapar virus. Jika pada pemeriksaan pertama hasil tes virologis bayi dilaporkan positif HIV, pengobatan HIV harus segera dimulai. Terapi biasanya dimulai saat pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan tes virologis kedua. Tes virologis yang dianjurkan, yaitu:

HIV DNA kualitatif (EID)

Tes HIV/AIDS DNA kualitatif dari darah lengkap atau dried blood spot (DBS) adalah pemeriksaan yang fungsinya mendeteksi keberadaan virus HIV, bukan pada antibodi penangkalnya. Cek HIV ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.

HIV RNA kuantitatif

Tes HIV/AIDS RNA kuantitatif dilakukan dengan menggunakan plasma darah. Pemeriksaan penunjang HIV ini berguna untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah (viral load HIV). Metode cek HIV dengan PCR melibatkan bantuan enzim untuk menggandakan virus HIV dalam darah.

Selanjutnya, reaksi kimia akan menunjukkan seberapa banyak virus. Hasil pengujian RNA biasanya memakan waktu beberapa hari sampai seminggu. Viral load HIV dinyatakan “tak terdeteksi” jika berada sangat sedikit dalam 1 cubical centimeter (cc) sampel darah. Jika viral load tinggi, tandanya ada banyak virus HIV dalam tubuh Anda. Ini dapat menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh Anda gagal melawan HIV dengan baik.

Saat ini tes HIV di Indonesia sudah dapat tersedia di puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya, Tes HIV disebut dengan VCT, yang berarti Voluntary Counselling and Testing. VCT merupakan serangkaian tes yang dilakukan untuk mendeteksi virus HIV dalam darah kita. Selain itu, VCT juga menyediakan konseling bagi mereka yang sedang melakukan VCT. Konseling ini berisikan dukungan psikologis, edukasi seputar HIV/AIDS, dan rujukan kesehatan jika kita mendapatkan hasil positif. 

Ayo periksakan status HIV kamu sesegera mungkin sehingga penanganannya akan lebih cepat! (Refani Putri Shintya Fatoni)

Sumber:HIV GOV. 2021. Global Statistics, The Global HIV/AIDS Epidemic. Retrieved from: https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/data-and-trends/global-statistics

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *