Rekomendasi WHO Terhadap Penggunaan PrEP dalam Penanganan HIV
Pada tahun 2012 WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia memberikan rekomendasi terkait penggunaan PrEP atau Pre-exposure prophylaxis dalam pencegahan terhadap HIV/AIDS, pil ini direkomendasikan oleh WHO bagi orang-orang yang memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi HIV.
Pre-exposure prophylaxis adalah kepanjangan dari PrEP, yang merupakan obat yang diminum untuk mencegah tertular HIV. PrEP adalah salah satu pengobatan yang cukup efektif dalam mencegah penularan HIV bagi orang yang berstatus negatif. Namun seperti antiretrovirus lainnya, PrEP hanya efektif untuk mencegah HIV bila diminum sesuai dengan resep.
PrEP adalah salah satu obat antiretroviral (ARV) yang dahulu digunakan untuk pasien yang positif HIV, dan saat ini digunakan sebagai upaya perlindungan untuk siapa saja yang berpotensi tertular HIV. Pada awalnya penggunaan PrEP ditunjukan pada pasangan Lelaki Seks dengan Lelaki atau LSL, namun WHO juga memberikan rekomendasi untuk PrEP digunakan terhadap populasi rentan terkena HIV lain, seperti pasangan heteroseksual yang pasangannya positif HIV, dan juga pengguna narkoba jarum suntik atau penasun. Menurut beberapa studi, PrEP mengurangi risiko tertular HIV dari seks sekitar 99%, mengurangi risiko tertular HIV dari penggunaan narkoba suntikan setidaknya 74%.
Penggunaan PrEP di Beberapa Negara Sebagai Upaya Preventif
Saat ini, PrEP masih belum tersedia secara generik di Indonesia, PrEP dapat didapatkan secara mandiri di beberapa rumah sakit dan pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan di Indonesia masih menggunakan program penggunaan kondom secara benar. Walaupun beberapa negara sudah menyadari penurunan resiko yang drastis, sampai saat ini PrEP masih belum menjadi program utama.
Penggunaan kondom disertai minum PrEP juga penting untuk membantu mencegah HIV, terutama jika PrEP tidak diminum sesuai resep. Penggunaan kondom secara benar, terutama pada kelompok beresiko hanya menurunkan resiko tertular HIV sebanyak 80%. Namun jika PrEP dikonsumsi bersamaan dengan langkah pencegahan lain seperti penggunaan kondom dengan benar, maka resiko tertular HIV dari hubungan seksual akan menurun drastis menjadi 99%. Karena itu, rekomendasi kombinasi preventif PrEP dan kondom yang benar dinilai menjadi langkah preventif yang optimal. Namun harus diingat bahwa PrEP kurang efektif bila tidak diminum sesuai resep. Karena PrEP hanya melindungi terhadap HIV, penggunaan kondom tetap penting untuk perlindungan terhadap PMS lain.
Namun, saat ini PrEP telah digunakan di beberapa negara sebagai upaya preventif menurunkan resiko tertular HIV, negara tersebut termasuk Amerika, Uganda, dan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Malaysia.
Thailand telah memasukkan PrEP sebagai program pencegahan dan penanganan HIV nasional sejak tahun 2018, sejak penemuan bahwa penggunaan PrEP sejak 2005 hingga 2010 terbukti menurunkan angka penularan HIV sebesar 48,9 persen, penelitian ini dilakukan kepada pengguna narkoba jarum suntik atau penasun.
Penggunaan PrEP di Uganda sejak 2016 sebagai bagian dari integrasi PrEP di program pencegahan HIV nasional, menurunkan angka penularan HIV sebesar 75 persen, terutama pada pasangan heteroseksual serodiskordan atau pasangan yang memiliki status HIV berbeda.
Malaysia sejak 2018 telah menyetujui adanya PrEP sebagai obat yang teregistrasi di Malaysia, namun belum memasukkannya dalam program pencegahan HIV. Sedangkan Filipina masih mengembangkan PrEP sebagai terapi pencegahan. (Refani Putri Shintya)
Sumber:
Gus P Cairns, Kane Race, dan Pedro Goicochea. 2016. PrEP: controversy, agency and ownership. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5071749/
Harapan Baru, Pil Pencegah HIV untuk Kelompok Beresiko Lebih Efektif Cegah Penularan AIDS. 2020. Retrieved from: https://theconversation.com/harapan-baru-pil-pencegah-hiv-untuk-kelompok-berisiko-lebih-efektif-cegah-penularan-aids-130809
PrEP Initiatives in Malaysia: Advocacy, Newsroom, Regional. 2018. Retrieved from: https://www.apcom.org/prep-initiatives-in-malaysia/