Dukungan Media dalam Ending AIDS 2030

- AHF Indonesia

Penanganan masalah HIV/AIDS di Indonesia diharapkan dapat tuntas pada tahun 2030, sejalan dengan komitmen global “Ending AIDS 2030.” Indikator keberhasilannya meliputi penurunan jumlah kasus baru, penurunan angka kematian akibat AIDS, serta berkurangnya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHIV).

Lima tahun menjelang target tersebut, sejumlah tantangan berat masih dihadapi, baik di tingkat nasional maupun daerah, termasuk di Provinsi Bali. Hingga saat ini, perkembangan situasi HIV/AIDS di Indonesia masih menunjukkan tren peningkatan. Jumlah orang yang hidup dengan HIV pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 515.455 orang. Berdasarkan data September 2023, sebanyak 88% atau sekitar 454.723 orang di antaranya telah terdeteksi. Adapun perkembangan kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali juga terus meningkat. Hingga September 2024, tercatat sebanyak 31.361 kasus HIV di provinsi tersebut.

Khusus di Bali, Kota Denpasar telah mengimplementasikan upaya pencegahan yang komprehensif dan terintegrasi sejak tahun 2013. Program ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan serta memberdayakan populasi kunci, seperti pekerja seks perempuan dan laki-laki, transgender, serta laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Seluruh pelaksanaan program dan koordinasi lintas sektor telah dilakukan dan terus ditingkatkan. Namun demikian, masih terdapat berbagai tantangan, terutama dalam program pencegahan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS), misalnya terkait penggunaan alat pencegahan yang efektif seperti kondom.

Di sisi lain, media massa dan jurnalis memiliki peran penting sebagai jembatan informasi publik yang menghubungkan pemerintah, pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, layanan kesehatan, lembaga swadaya masyarakat, kelompok sasaran, aktivis, dan elemen sosial lainnya. Oleh karena itu, peningkatan serta pemutakhiran informasi mengenai HIV dan IMS mutlak diperlukan.

Media dan jurnalis diharapkan mampu menyampaikan informasi yang akurat dan berpengaruh positif guna mendukung pencapaian target eliminasi HIV. Berdasarkan hal tersebut, AHF (AIDS Healthcare Foundation) menyelenggarakan acara “Media Advocacy Training: Media tanpa Stigma dalam Ending AIDS 2030” bekerja sama dengan Kelompok Jurnalis Peduli AIDS (KJPA) Bali pada 11 Oktober 2025 di Denpasar, Bali. Sebanyak 20 jurnalis berpartisipasi dalam kegiatan ini melalui kunjungan lapangan ke Klinik Yayasan Kerti Praja dan sesi diskusi bersama tiga narasumber, yakni dr. Oka Negara (praktisi kesehatan, akademisi, dan pakar HIV), Kimora (aktivis HIV dari Yayasan Gaya Dewata), dan Yuni Ambara (pakar media serta perwakilan Komisi Penanggulangan AIDS Denpasar).

Baca Juga : https://tanyahiv.org/2025/10/15/hari-anak-perempuan-internasional-the-girl-i-am-the-change-i-lead

Kegiatan diawali dengan kunjungan lapangan, di mana para jurnalis berdiskusi dengan koordinator program klinik dan ODHIV mengenai kasus HIV dan IMS, tantangan, serta berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan. Dr. Oka Negara menyampaikan, “Pemerintah daerah sejak lama telah menunjukkan kepeduliannya melalui regulasi yang memberi ruang bagi lembaga-lembaga peduli HIV/AIDS untuk bekerja lebih leluasa. Namun, semangat tersebut perlu terus diperkuat, salah satunya dengan menghadirkan inovasi dalam program pencegahan dan penanganan kasus, serta melalui upaya mengubah stigma di masyarakat.”

Ia menambahkan, “Banyak kasus ditemukan di kalangan masyarakat dengan tingkat pendidikan terbatas dan minim pengetahuan, misalnya mengenai pengobatan yang dapat menekan penularan HIV dan kini sudah tersedia serta mudah diakses.”

AHF menyadari bahwa media memiliki peran strategis dalam menyampaikan pesan dan memengaruhi pengambil kebijakan, sekaligus meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui informasi yang tepat dan terpercaya. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas jurnalis sebagai sumber informasi menjadi langkah yang sangat penting.

Salah satu peserta, Gus Alit, menyampaikan, “Upaya pencegahan HIV perlu dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang melibatkan awak media. Karena itu, pelatihan yang diadakan oleh KJPA Bali bekerja sama dengan AHF Indonesia ini sangat bermanfaat bagi para jurnalis, khususnya dalam mengemas pemberitaan yang ramah dan bebas stigma demi mewujudkan Ending AIDS 2030.

Pernyataan tersebut diamini oleh Ketua KJPA Bali, Arnoldus Dhae, yang menegaskan, “Tujuan pelatihan ini adalah agar para jurnalis lebih memahami cara memberitakan isu AIDS secara proporsional dan mendukung upaya penanganannya,” tutupnya

Rekomendasi